Muslim Jerman (ilustrasi)
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kelompok muslim berencana akan membagikan Alquran ke setiap rumah di Jerman, Swiss dan Austria. Namun hal tersebut menyinggung gerakan anti-islam di Jerman dan membuat gempar kalangan politisi dan pejabat keamanan setempat. Mereka khawatir kelompok tersebut menggunakan kampanye membagikan Alquran sebagai kedok untuk merekrut kelompok radikal.
Tak ada permasalahan ilegal dalam hal mendistribusikan karya agama di Jerman. Namun, para pejabat khawatir mengenai siapa yang melakukan distribusi tersebut. Kampanye Alquran di setiap rumah merupakan gagasan Ibrahim Abou-Nagie, ia adalah seorang Palestina yang mengenalkan Islam sebagai Salafisme.
Abou Nagie yang tinggal di Jerman selama 30 tahun telah diawasi pejabat keamanan setempat sejak 2005. Saat ia membuat sebuah situs yang diduga berisi propaganda ekstrimis. Meskipun usaha untuk mengadili Abou-Nagie atas tuduhan menyulut kebencian agama gagal tahun ini.
Kampanye untuk membagikan Alquran mengundang kecaman luas pekan lalu. Seorang pejabat keamanan Jerman yang tidak mau disebut namanya mengatakan, para pejabat khawatir remaja akan tertarik pada apa yang mereka sebut interpretasi sederhana dengan Salafi’ dari Alquran dan menemukan inspirasi untuk melakukan tindak kekerasan.
Ia mengambil contoh Uka Arid, yang melepaskan tembakan di sebuah bus berisi penerbang Amerika Serikat di Bandara Frankfurt pada Maret 2011, hingga menewaskan dua orang dan melukai dua lainnya. Uka yang lahir di Kosovo mengatakan pernah tinggal di Jerman, ia mengaku menjadi radikal setelah membaca beberapa situs termasuk yang terkait dengan kelompok Salafi di Jerman
Tak ada permasalahan ilegal dalam hal mendistribusikan karya agama di Jerman. Namun, para pejabat khawatir mengenai siapa yang melakukan distribusi tersebut. Kampanye Alquran di setiap rumah merupakan gagasan Ibrahim Abou-Nagie, ia adalah seorang Palestina yang mengenalkan Islam sebagai Salafisme.
Abou Nagie yang tinggal di Jerman selama 30 tahun telah diawasi pejabat keamanan setempat sejak 2005. Saat ia membuat sebuah situs yang diduga berisi propaganda ekstrimis. Meskipun usaha untuk mengadili Abou-Nagie atas tuduhan menyulut kebencian agama gagal tahun ini.
Kampanye untuk membagikan Alquran mengundang kecaman luas pekan lalu. Seorang pejabat keamanan Jerman yang tidak mau disebut namanya mengatakan, para pejabat khawatir remaja akan tertarik pada apa yang mereka sebut interpretasi sederhana dengan Salafi’ dari Alquran dan menemukan inspirasi untuk melakukan tindak kekerasan.
Ia mengambil contoh Uka Arid, yang melepaskan tembakan di sebuah bus berisi penerbang Amerika Serikat di Bandara Frankfurt pada Maret 2011, hingga menewaskan dua orang dan melukai dua lainnya. Uka yang lahir di Kosovo mengatakan pernah tinggal di Jerman, ia mengaku menjadi radikal setelah membaca beberapa situs termasuk yang terkait dengan kelompok Salafi di Jerman
Redaktur: Hafidz Muftisany
Reporter: Gita Amanda
Sumber: republika.co.id
0 komentar:
Posting Komentar